Jembawan, Jembawati dan Jungkungmardea

Thursday, May 28, 2015

Jembawan

 Jembawan adalah berwujud kera, dahulu Jembawan juga berwujud seorang ksatria namun ia juga terlibat menginginkan Cupumanik Astagina, dari babad Ramayana ke Mahabarata perjalanan hidup Jembawan setelah tua ia menjadi penghuni Astana Gadamadana, punya seorang istri Dewi Trijatha anak Gunawan Wibisana. Dia punya seorang anak perempuan diberinya nama Dewi Jembawati dan diperistri oleh Prabu Kresna seorang raja jelmaan Dewa Wisnu. Dewi Jembawati dan Kresna menurunkan Raden Samba dan Gunadewa. Keudian setelah Jembawan surut Astana Gadamadana dijaga oleh Gunadewa. Seorang ksatria yang punya ekor seperti kera.

Jembawati

 Jembawati adalah putra Jembawan dengan Dewi Trijata, dari perkawinan Jembawan dan Trijata karena kutukan Prabu Dasamuka, yang pada waktu itu Dewi Trijata selalu menghalang-halangi niat Rahwana untuk menikmati raga Dewi Sinta yang tak mau melayani kedatangan Rahwanadikala Dewi Sinta ditawan dalam taman Soka. Dasamuka pun akhirnya marah pada Trijata keponakannya dengan mengutuknya. Mudah-mudahan kelak Trijata mendapatkan kera yang sudah tua, namun Dewi Sinta segera menghibur kesedihan Trijata dengan kata walaupun besok jadi istri kera tua namun turunan Trijata akan jadi jodohnya raja turunan Dewi Sinta (raja titisan Batara Wisnu).

Jungkungmardea

Jungkungmardea adalah seoarang raja di Negara Parangkubarja, Prabu Jungkungmardea harus mati demi mewujudkan keinginannya yakni sang Prabu kepengin memperistri Dewi Wara Srikandi, ketika itu sang Prabu melamarnya sebetulnya Prabu Drupada menerimanya namun Dewi Wara Srikandi tak mau akan diperistri oleh Prabu Jungkungmardea. Hal ini menjadikan Prabu Jungkungmardea marah dan akan menyerang Negara Pancala, namun segara Dewi Wara Srikandi minta pertolongan pada Arjuna seorang yang dicintainyasupaya mau mengembalikan Prabu Jungkungmardea kenegaranya, akhirnya peperangan pun terjadi Janaka dan Jungkungmardea, karena Janaka seorang satria yang sakti maka penguasa Parangkubarja mati ditangan Arjuna, demi mewujudkan keinginannya.

Jayadrata, Jayasemedi dan Jayawilapa

Wednesday, May 27, 2015

Jayadrata

 Jayadrata adalah anak angkat Begawan Sempani yang terjadi dari bungkusnya Bratasena, kemudian dipuja oleh sang Begawan hingga berwujud jabang bayi yang dinamai Jayadrata. Setelah besar Jayadrata mengabdi di Negara Astinadan dijodohkan dengan adik Duryudana, yang bernama Dewi Dursilawati. Jayadrata termasuk seorang satria yang sakti hanya dengan Janakalah ia terpenggal kepalanya kena anak panah yang meluncur tali busurnya kepunyaan Janaka. Kejadian ini sebagai balas dendam atas matinya Abimanyu yang sudah tak berdaya kemudian dibunuh Jayadrata, anak dan istri Jayadrata pun ikut ditumpas Janaka.

Jayasemedi

Jayasemedi adalah seorang Patih di kasatriyan Panggombakan, Patihnya Raden Yamawidura, dalam lakon Sanjaya balik yang dulu Sanjaya ikut dengan keluarga Astina namun setelah Baratayuda Sanjaya mengikuti Pandawa, namun kelakuan Sanjaya sempat diragukan oleh Srikandi. Hingga Raden Sanjaya berani menandingi kesaktian Adipati Karna, dan Sanjaya gugur menjadi sendang yang dinamakan sendang Sanjaya. Demikian juga Patih Jayasemedi dengan kesetiannya membela Raden Sanjaya hingga mati, dia mati bersama-sama dengan Patih Hadimanggala, Patihnya Adipati Karna.

Jayawilapa

Jayawilapa adalah seorang Pendeta dipertapaan Yasarata, sang Pendeta punya anak perempuan bernama Dewi Ulupi, yang kemudian diperistri oleh Raden Janaka kemudian menurunkan Bambang Irawan, Begawan Jayawilapa berbudi luhur dan ketika cucunya berangkat ke medan perang Begawan Jayawilapa mengikutinya, namun ditengah jalan Bambang Irawan mati digigit lehernya oleh Prabu Kalasrenggi yang mendendam Raden Janaka, Kalasrenggipun juga mati kena pusaka Bambang Irawan.

Jatagimbal dan Jatagini, Jatasura dan Jatayu

Tuesday, May 26, 2015

Jatagimbal dan Jatagini

 Jatagimbal dan Jatagini adalah kakak beradik yang bertempat tinggal di kerajaan Gua Selamangleng, tersebutlah sebuah lakon Dewi Kuntulwilanten, salah satu adegan menceritakan raja Gua Selamangleng terkena panah asmara pada Dewi Wara Subadra, demikian pula adiknya Jatagini juga terkena panah asmara pada Raden Janaka. Keduanyapun pergi dari keratin untuk mencari kekasih hati masing-masing. Tak lama Jatagimbal berjalan akhirnya bertemu Janaka, kemudian Jatagimbal dihias sehingga mirip Janaka, demikian juga Jatagini bertemu Subadra diganti rupa menjadi Sembadra. Kedua raksasa yang dilanda cinta akhirnya bertemu dihutan merekapun saling melepas rindu, dan berkasih mesra layaknya suami istri, dari perbuatan ini Jatagini hamil dan kemudian melahirkan Kalasrenggi.

Jatasura

 Jatasura adalah raksasa yang berbadan banteng dan bertempat tinggal di kerajaan Goa Kiskenda, Jatasura menjadi tunggangan Prabu Maesasura kemanapun ia pergi. Tersebutlah sebuah cerita yang ketika itu Prabu Maesasura ingin meminang Dewi Tara putra Batara Indra. Namun Batara Indra tak mengabulkannya, dan marahlah Prabu Lembusura hingga membuat barisan Dewa kalangkabut, sehingga para dewa mengangkat Subali menjadi jagonya, dengan kesaktian aji Pancasonanya, Prabu Maesasura beserta prajuritnya dapat ditumpas oleh Subali. Dengan kemenangan tersebut Subali mendiami Goa Kiskenda beserta istrinya yang baru didapat anugerah Dewa yakni Dewi Tara.

Jatayu

Jatayu adalah seekor burung Garuda yang besar, walaupun berwujud Garuda Jatayu berbudi baik menjadi kesayangan Prabu Dasarata ayah Ramawijaya, tersebutlah sebuah cerita yang pada waktu itu Jatayu sedang melayang-layang diangkasa, ditengah enak-enaknya terbang Jatayu mendengarjeritan seorang wanita. Namun lebih terkejut lagi yang dipanggil adalah anak Prabu Dasarata, dengan diam-diam Jatayu mendekati datangnya suara tersebut, ternyata yang menggondol seorang putri adalah Prabu Dasamuka, Jatayu pun akhirnya enyerang Dasamuka hingga babak belur, walaupun Dasamuka sehari mati sepuluh kali kalau ia masih menyentuh tanah akan hidup kembali, dengan pusakanya kemudian Dasamuka membunuh Jatayu, sebelum mati Jatayu sempat lapor pada Ramawijaya kalau istrinya dibawa kabur Dasamuka.

Janaka, Jangetkinatelon dan Jarasanda

Monday, May 25, 2015

Janaka

 Janaka/Prabu Janaka adalah raja Negara Mantili pada waktu itu sang prabu sedang bertapa di tepi sungai, dari keheningan tapa sang prabu terlihat sesuatu yang hanyut derasnya arus aliran air sungai. Dengan membuka matanya sang Prabu melihat kupat yang besar hanyut terbawa arus kemudian ketupat sinta itu ditangkap oleh sag Prabu dan setelah tertangkap dibuka yang isinya adalah seorang bayi perempuan. Dan bayi tersebut dinamai Dewi Sinta kemudian dijadikan anaknya sang Prabu, kelak kemudian hari Dewi Sinta diperistri oleh Ramawijaya yang kemudian dicuri oleh Prabu Dasamuka.

Jangetkinatelon

 Jangetkinatelon adalah putra raja Gendingpitu Prabu Janinraja, pada awal perkawinan kakaknya Raden Jangetkinatelon bersama saudaranya mengadakan sayembara perang barang siapa dapat mengalahkan Raden Gagak Baka beserta saudaranya dapat memperistri Dewi Kuntulwilanten. Walaupun sudah banyak yang tampil dalam sayembara ini belum ada yang menang, namun setelah datang para Pandawa maka gelar sayembara tersebut dapat digulung oleh Raden Werkudara, dan akhirnya Jangetjinatelon mengabdi di Negara Amarta. Dalam perang Baratayuda ia gugur melawan raja Turilaya sang Prabu Bogadenta.

Jarasanda

Jarasanda adalah seorang raja di Negara Giribajra, pada kejayaannya sang Prabu ingin mengadakan sesaji Rudra yaitu persembahan yang diperuntukan Batara Kala, 80 orang raja sudah dipenjara oleh Prabu Jarasanda masih kurang 20 orang raja, kemudian sang Prabu akan mencari tambahan ke tanah Jawa dengan menyerang Negara Mandura, Kumbina, Dwarawati, Lesanpura, Mandraka, Amarta, dan lainnya. Namun dilain pihak Prabu Puntadewa juga akan mengadakan Sesaji Rajasuya, dengan syarat harus dapat menyajikan kulit raja yang angkara murka. Dari kedua keinginan raja Amarta dan Giribajra tersebut akhirnya saling berhadapan, dan Prabu Jarasanda mati ditangan Werkudara sebagai tumbal Rajasuya.

Jakajatus, Jakapuring dan Jambumangli

Sunday, May 24, 2015

Jakajatus

 Jakajatus adalah kisah seorang anak ontang-anting yang tidak punya saudara dan ibu bapak, dalam cerita Murwakala Jakajatus adalah termasuk golongan anak yang terkena Sukerta hal ini menjadi Batara Kala selalu mengejar-ngejarnya dan akan memangsanya, namun dengan kepandaiannya Jakajatus selalu bisa lolos dari incaran Batara Kala. Yang akhirnya Jakajatus diruwat oleh dalang Kandabuwana jilmaan Batara Wisnu sehingga ia terbebas dari ancaman Batara Kala.

Jakapuring

 Jakapuring adalah Patih Medangkamulan patihnya Prabu Srimahapunggung. Sewaktu menjadi Patih di Medangkamulan, patih Jakapuring sangat giat mengembangkan dan memajukan pertanian, antara lain dengan mengadakan bibit – bibit yang belum ada, seingga pertanian di Negara Medangkamulan berkembang dan maju dengan pesatnya. Namun pada zaman itu juga banyak raksasa-raksasa yang mengganggu pertanian, namun semua ini dapat diatasi oleh Patih Jakapuring, pada akhirnya Patih Jakapuring menjadi raja di Negara Gilingaya dengan nama Prabu Hiranyarudra.

Jambumangli

Jambumangli adalah seorang panglima perang di Negara Alengka, ketika itu putri Prabu Sumaliraja yakni Dewi Sukesi usianya sudah remaja dan waktunya dipinang oleh pria. Maka dengan ini Jambumangli mengadakan sayembara perang atas perintah Sumaliraja. Namun banyak raja-raja yang mengikuti sayembara tak berhasil mengalahkan Jambumangli, dalam hati kecil sang senapati sebetulnya ada rasa cinta yang tertananm dalam hati Jambumangli. Tiba-tiba datanglah Begawan Wisrawa datang mengikuti sayembara atas nama anaknya Prabu Danapati, akhirnya Jambumangli mati dengan tubuh terpotong-potong.

Indrajit, Irawan/Bambangan dan Jaewana

Saturday, May 23, 2015

Indrajit

 Indrajit adalah anak Prabu Dasamuka yang dicipta/dipuja Gunawan Wibisana dari gumpalan awan, tersebutlah sebuah cerita yang ketika itu Prabu Dasamuka sudah bersumpah kalau punya anak putri akan dikawin sendiri, kenyataan itu terjadi Dewi Tari melahirkan seorang bayi perempuan namun oleh Wibisana bayi tersebut ditempatkan pada sebuah kupat sinta namanya kemudian dihanyutkan di sungai. Dan kemudian memuja gumpalan awan menjadi Indrajit dan diakui sebagai anak Dasamuka, Indrajit mempunayi sebuah panah yang bernama Nagapasa, panah tersebut berwujud ular, Prabu Rama dan prajuritnya pernah terkena panah ini, akhirnya oleh Wibisana Indrajit dikembalikan jadi awan lagi.

Irawan/Bambangan

 Irawan/Bambangan adalah anak Raden Janaka dengan Dewi Ulupi putra Begawan Jayawilapa, irawan pernah menjadi raj dengan bergelar Prabu Gambiranom, istri Bambang Irawan adalah dewi Titisari putra Prabu Kresna. Ketika berangkat ke medan Tegal Kuru Bambang Irawan mendapat celaka seorang raja Guaselamangleng Prabu Kalasrenggi yang akan membalas dendam kepada Janaka ternyata telah keliru mencaplok kepala Irawan hingga akhirnya keduanya mati bersama, Irawan putus lehernya kena taring Prabu kalasrenggi mati kena pusaka Irawan yang dihujamkan ke dada raja raksasa tersebut.

Jaewana

Jaewana adalah tokoh wayang srambahan artinya tokoh wayang yang hanya sebagai pelengkap

Handaka Murti, Harjunapati dan Hartadriya

Friday, May 22, 2015

Handaka Murti

 Handaka Murti berupa banteng sapi hutan, wayang ini termasuk srambahan, berperan menurut kebutuhan Ki Dalang pada pagelaran dalam pementasan sebuah cerita/lakon misalnya sebagai tokoh Handaka Murti, Kebo nDanu dan yang lainnya.

Harjunapati

 Harjunapati adalah seorang raja di Negara Sriwedari, sebelum ia diruwat oleh Begawan Budawirocana di pertapaan Budisita Prabu Harjunapati berwujud raksasa bernama Kunjarakarna. Setelah berwujud ksatria Harjunapati bertahta di Negara Sriwedari, permaesurinya bernama Dewi Citrahoyi, di Astina menjelang Raden Parikesit diwisuda menjadi raja namun Janaka yang kehilangan istri-istrinya seperti tak bergairah hidup lagi oleh Prabu Kresna, Janaka dicarikan istri yakni Dewi Citrahoyi yang roman mukanya mirip Dewi Banuwati. Harjunapati permaesurinya diminta oleh mantan gurunya yaitu Sri Kresna, setelah hari yang ditentukan tiba Harjunapati menyerahkan istrinya pada sang guru untuk dikawinkan dengan Janaka. Namun Harjunapati agaknya tak menepati janjinya pada sang guru, akhirnya senjata cakra memenggal kepala Harjunapati.

Hartadriya

Hartadriya adalah raja Mandraka ayah Prabu Salya, ketika masih muda Prabu Salya bernama Narasoma oleh ayahnya ia disuruh kawin namun tidak mau dan pergi dari Negara Mandraka, yang kemudian dijalan bertemu dengan Begawan Bagaspati kemudian Narasoma dikawinkan dengan anaknya, setelah punya pendamping hidup kemudian Prabu Hartadriya menyerahkan tahta kerajaan pada Raden Narasoma dengan bergelar Prabu Salyapati. Kemudian Prabu Hartadriya menjadi seorang pertapa hingga tua dan akhirnya wafat.

Gunungan/Kayon, Guwarsa dan Guwarsi dan Hamso

Thursday, May 21, 2015

Gunungan/Kayon

 Gunungan/Kayon dalam pewayangan digambarkan sebuah gunung yang didalamnya terlukis pohon hidup yang dihuni oleh beberapa hewan hutan yang antara lain harimau, banteng, kera, burung merak dan yang lainnya. Dibawahnya dilukis sebuah pintu gerbang/gapura yang masuk kesebuah bangunan joglo, kemudian pada sisi kanan dan kiri bergambar naga raksasa yang tampak taringnya. Pada pagelaran wayang kulit purwa, kayon berfungsi sebagai tanda peralihan pathet, adegan dan pelukisan tempat dimana tokoh berada/sebagai penggambaran angin, api, hutan, air, batu, dan masih banyak lagi yang bisa digambar oleh Kayon. Disebaliknya bergambar api yang berkobar dan makara/banaspati, kayon juga berfungsi sebagai pembuka dan penutup pagelaran wayang.

Guwarsa dan Guwarsi

 Guwarsa dan Guwarsi adalah putera Resi Gotama dan Dewi Windrati, keduanya berwujud ksatria namun petaka diawali dengan Dewi Anjani kakaknya yang sedang bermain Cupumanik Astagina, satu Guwarsa dan Guwarsi kepengin juga memilikinya. Karena barangnya hanya 1 namun yang menginginkan tiga bersaudara Cupu tersebut diminta oleh ayahnya dan sang ayah berkata barang siap ingin memiliki Cupu tersebut maka harus menangkapnya,dan Cupu pun dibuang oleh Resi Gotama hingga jatuh ke telaga Madirda, ketiga kakak beradik pun ikut menyelam, namun keelokan terjadi Cupu tak ditemukan dan wajah mereka berubah menjadi kera.

Hamso

Hamso, pasangannya adalah Prabu Dimbaka kedua raja ini adalah kaki tangan kepercayaan Prabu Jarasanda, ketika Prabu Jarasanda mau mengadakan persembahan kepada sang Hyang Rudra/sesaji Rudra dengan mengorbankan raja-raja yang sudah dikalahkan ketika itu jumlahnya kurang, dan kedua rajanya ini yang disuruh mencari genapnya. Kemudian Hamso Dimbaka yang direncanakan untuk ditawan adalah Puntadewa, Kresna, Baladewa, Arya Prabu, Drupada, dan lainnya. Namun kegagalanpun terjadi tatkala ia mulai dengan menyerang Negaranya Prabu Baladewa, Negara itu dikosongkan oleh rajanya, Hamsa dan Dimbaka diserang oleh Baladewa dari luar dan keduanya akhirnya mati ditipu oleh Baladewa, yakni Hamsa dibunuh Baladewa dibuang kelaut, dan Dimbaka mengikuti menceburkan diri kelaut.

Gotama, Gunadewa dan Gunawan Wibisana

Wednesday, May 20, 2015

Gotama

 Gotama/Resi Gotama adalah seorang resi di pertapaan Grastina, yang mempunyai istri Dewi Windrati pada mulanya rumah tangga pasangan pendeta dan bidadari ini baik-baik saja. Namun setelah pasangan tersebut punya tiga orag anak. Rumah tangga mereka berantakan yang diawali dengan Dewi Anjanisedang bermain Cupumanik Astagina, ini terlihat oleh adik-adiknya Guwarsa dan Guwarsi. Segera Cupumanik tersebut diambil oleh Resi Gotama ternyata dalam Cupu tersebut ada nama Batara Surya. Namun Dewi Windrati yang ditanya dari mana asalnya Cupu diam saja, oleh suaminya ia dikutuk menjadi tugu, dan ketiga orang puteranya harus menjadi kera karena rebutan Cupumanik Astagina.

Gunadewa

 Gunadewa adalah putera prabu Kresna dengan Dewi Jembawati yang diasingkan di Astanagadamadana, raja Dwarawati malu punya putera yang berwujud seorang ksatria namun punya ekor seperti kera, Gunadewa bersaudara dengan Samba, seayah seibu. Pada lakon Samba Juwing Gunadewa sebetulnya sudah mengundurkan niat kurang baik Samba yang mencintai kakak iparnya yang akan diambil untuk diperistri anak keturunan Resi Gunadewa menjadi istri Prabu Parikesit yakni Endang Sanyata, dan Endang Suyati menjadi istri Patih Dwara.

Gunawan Wibisana

Gunawan Wibisana adalah Putra Begawan Wisrawa dengan Dewi Sukesi, istrinya Batari Tri Wati seorang bidadari dari Kayanga Suralaya, dari perkawinannya menurunkan Raden Dentawilukrama dan Dewi Trijatha. Raden Wibisana juga disebut satria balik, karena ia nyebrang mengikuti musuh untuk memusuhi angkara murka yang telah merasuk ke jiwa Prabu Dasamuka kakak Gunawan Wibisana. Oleh Prabu Ramawijaya setelah perang besar Alengka ia dinobatkan menjadi raja, dan Negara dibalik namanya menjadi Singgelapura, namun tahta tak berapa lama kekuasaan diberikan kepada anaknya Dentawilukrama yang kemudian bergelar Prabu Bisawarna, dan Wibisana menjadi pertapa, hingga menjalani muksa.

Gentong Lodong, Gonjing Miring Nyata dan Gorawangsa

Gentong Lodong

 Gentong Lodong adalah seorang prajurit dar Negara seberang, tokoh ini termasuk tokoh pelawak perang perangainya yang lucu, hingga membuat lawannya tidak marah bahkan mempermainkan tokoh Gentong Lodong/Jabar Kamus, biasanya Gentong Lodong berpenampilan sombong, dan yang mau menandinginya biasanya Dursasana/Pragota juga bisa Durmagati. Pada akirnya Gentong Lodong juga harus kalah dan lari tunggang langgang.

Gonjing Miring Nyata

 Gonjing Miring Nyata adalah tokoh wayang srambahan artinya tokoh wayang yang hanya sebagai pelengkap

Gorawangsa

Gorawangsa adalag seorang raja di Negara Gowagra, ia terkena panah asmara kepada istri raja Mandura yakni Dewi Maerah. Sang rajapun dengan kesaktiannya bisa menuruti nafsunyauntuk bisa berkasih-kasihan dengan Dewi Maerah walaupun sang Dewi sudah hamil muda, dengan menyamar sebagai Basudewa, Prabu Gorawangsa berhasil menanam benihnya ke Rahim Maerah hingga kelak dikemudian hari sang Dewi melahirkan Kangsadewa. Namun Basudewa dan Gorawangsa akhirnya dibunuh oleh Prabu Pandu raja Astina, dan Dewi Maerah dibuang ke hutan oleh Raden Arya Prabu Rukma.

Gardapati, Gareng dan Gathutkaca

Tuesday, May 19, 2015

Gardapati

 Gardapati adalah masih kerabat Kurawa, yang ketika itu dalam lakon Pandawa timbang, sebelum Raden Bratasena datang berat timbangannya menang keluarga Kurawa, namun setelah Bratasena datang dan timbangan tersebut digenjot oleh Bratasena banyak keluarga Kurawa yang terpental ke Negeri seberang termasuk Prabu Gardapati, akhirnya dalam perang Baratayuda Gardapati juga membela kakaknya yakni Prabu Duryudana namun sang Prabu tewas terkena panah Raden Janaka.

Gareng

 Gareng adalah anak semar yag berasal dari pujaan, artinya yang didapat dengan jalan memuja. Nalagareng berarti hati yang kering, ia pernah menjadi raj di Negara Paranggumiwang, yang ketika itu diperintah oleh Dewi Warasubadra, dan untuk mengelabuhi para Pandawa agar sulit mencari Subadra maka diangkatlah Gareng menjadi raja dengan bergelar Pandubergola, akhirnya penyamaran tersebut dapat dibadarkan oleh Petruk.

Gathutkaca

Gathutkaca adalah anak Werkudara dengan Dewi Arimbi dari Negara Pringgadani, ketika masih bayi Gathutkaca berhasil membinasakan musuh Dewa yakni raja Pagerwaja Prabu Kalapracona, Gathutkaca setelah dewasa diangkat mejadi raja Pringgadani dan beristrikan Dewi Pergiwa anak Janaka. Yang kemudian menurunkan Raden Sasikirana, Raden Gathutkaca tergolong angkatan muda Amarta yang sakti, dalam Baratayuda pun dia juga ikut kekancah peperangan yang akhirnya harus gugur terkena panah Adipati Karna, Kuntawijayadanu. Gathutkca gugur sebagai pahlawan Negara Amarta.

Gandamana, Gandawati dan Gangga

Gandamana

 Gandamana adalah putera Prabu Gandabayu seoarang raja di Negara Pancala, Raden Gandamana seorang ksatria yang sakti dan mampu membentengi negaranya dari ancaman musuh, terbukti dalam perkawinan kakaknya Dewi Gandawati banyak raja yang melamarnya namun Gandamana yang mampu mengalahkan raja-raja yang mengancam kedamaian Negara Pancala. Dan terpilihlah suami bagi Dewi Gandawati, yakni Raden Sucitra yang kemudian menggantikan tahta ayahnya dengan bergelar Prabu Drupada. Pada sayembara yang kedua Gandamana harus mati untuk mencarikan jodoh kemenakannya Dewi Drupadi, Gandamana perang melawan Bratasena akhirnya Gugur Terkena kuku Pancanaka.

Gandawati

 Gandawati adalah kakak Raden Gandamana, putera Prabu Gandabayu, sang Dewi menjadi istri Raden Sucitra yang kemudian bergelar Prabu Drupada awal perkawinannya denganSucitra Dewi Gandwati banyak yang melamarnya terutama para raja Negeri seberang dan ksatria tanah Jawa namun semuanya dapat dipukul mundur oleh kesaktian Raden Gandamana, tak ketinggalan Prabu Baladewa juga berhasil dikalahkan oleh Gandamana hingga badannya jatuh terjepit gunung. Gandawati hanya melahirkan seorang puteri yang terkenal dengan nama Dewi Wara Srikandi, seorang prajurit wanita titisan Dewi Amba.

Gangga


Gangga/Batari Dewi Gangga adalah seorang bidadari kayangan Suralaya yang pada waktu itu menerima kutukan dewa harus hidup di Mayapada menjadi permaesuri Prabu Sentanu peguasa Negara Astina, ketika itu Batari Gangga melahirkan anak sampai tujuh kali dan dibuang ke sungai Gangga, namun yang kedelapan kali oleh Prabu Sentanu tak boleh dibuang, namun menjadikan kemarahan Dewi Gangga yang akhirnya ia meninggalkan Prabu Sentanu, mengasuh putera yang masih bayi, Dewi Gangga kembali ke kayangan menjadi bidadari kembali, putera tersebut dikemudian hari terkenal dengan nama Dewabrata/Begawan Bhisma.

Gagak Baka, Gana dan Gandabayu

Monday, May 18, 2015

Gagak Baka

 Gagak Baka adalah putera Prabu Janin raja seorang raja di Negara Tlogohima/Gending Pitu, pada awal perkawinan kakaknya yakni Dewi Kuntulwilanten Gagak Baka mengadakan sayembara perang, dengan catatan barang siapa dapat mengalahkanya. Maka sang pemenang dapat mempersunting Dewi Kuntulwilanten, sayembara perang pun terjadi banyak raja-raja yag tak dapat mengalahkan kesaktian Gagak Baka. Hanya Werkudara lah yang mampu menggulung bandera perang Gagak Baka dan dapat memboyong Dewi Kuntulwilanten, Gagak Baka pun kemudian mengabdi pada Raden Werkudara, diangkat patih di kesatriyan Jodipati.

Gana

 Gana/Batara Gana adalah putera Batara Guru dengan Dewi Umaranti, Dewa ini berwajah gajah, tersebutlah sebuah cerita yang ketika itu kayangan Suralaya kedatangan musuh yang dipimpin oleh Prabu Nilarudraka yang menginginkan tujuh bidadari untuk diperistri, namun para dewa tak mengabulkan, menjadikan kemarahan raja Glugutinatar yang mengakibatkan para dewa kalang kabut. Kemudian Batara Gana yang masih bayi dipertemukan dengan Nilarudraka bayi tidak mati malah menjadi besar dan mampu membunu Prabu Nilaludraka. Kelak pada kemudian hari Batara Gana wajahnya diubah menjadi tampan dan bernama Batara Mahadewa bertugas menjaga panti Pustaka Kayangan.

Gandabayu

Gandabayu adalah raja Pancala keturunan Batara Basuki istrinya Dewi Wisri, yang kemudian menurunkan Raden Gandamanadan Dewi Gandawati, pada kelahiran Gandamana sudah menjadi jagonya dewa Raden Gandamana untuk diadu dengan Resi Jarwada, yang menginginkan kehidupan kembali kakaknya yang meninggal namun dewa tak mengabulkan hingga Jarwada marah dan memerangi dewa, para dewa kalah dan kemudian tampil Raden Gandamana yang mengalahkan Jarwada kemudian Resi Jarwada menyatu dengan Raden Gandamana.

Ekalaya, Emban dan Erawati

Ekalaya

 Ekalaya adalah nama muda Prabu Palgunadi seorang raja di Negara Paranggelung beristrikan Dewi Anggraini, pada suatu ketika Bambang Ekalaya ingin pandai dalam hal memanah, dengan semangat yang membara Bambang Ekalaya pergi ke hutan dan membuat patung Durna, pada waktu ia akan mulai berlatih Ekalaya menghadap arca tersebut yang akhirnya ia berhasil pandai memanah bahkan dapat mengalahkan Raden Janaka. Namun akhirnya Bambang Ekalaya malah dibunuh gurunya sendiri yakni Pendeta Durna, dalam perang Baratayuda nanti Ekalaya dapat membalas dendamnya pada Durna dengan meminjam raga Drustajumna.

Emban

 Emban/Dayang bertugas dalam lingkup keluarga keratin untuk melayani istri raja, atau ksatria yang tampil pada lakon-lakon yang dipergelarkan. Dalam pagelaran wayang kulit purwa emban kembar atau biasa disebut parekan tampil setelah kayon dicabut oleh Dalang kemudian keluar seorang raja atau tokoh yang lain menurut urutan lakon yang ditampilkan pada pagelaran tersebut. Emban yang terkenal pada suatu lakon adalah emban Sugandini dayangnya Dewi Setyawati istri prabu Salya.

Erawati

Erawati/Dewi Erawati adalah putra sulung Prabu Salya dan Dewi Setyawati, menjelang perkawinan Dewi Erawati yang pada awalnya telah dipinang oleh Prabu Duryudana, namun sang Dewi dicuri oleh Kartapiyoga dari Negara Girikadasar. Yang kemudian Prabu Salya mengadakan sayembara, barang siapa dapat mengembalikan Dewi Erawati kalau laki-laki akan dijodohkan kalau perempuan akan dijadikan saudaranya. Namun yang keluar sebagai pemenang sayembara adalah Raden Kakrasana nama muda Baladewa yang dibantu Premadi dan akhirnya Dewi Erawati menjadi istri Raden Kakrasana kemudian jadi permaesuri Prabu Baladewa.

Durna, Dursala dan Dursasana

Sunday, May 17, 2015

Durna

 Durna/Pendeta Durna berasal dari Negara Atasangin yang berawal Durna tak mau dikawinkan oleh ayahnya kemudian disuruh pergi dari Negara Atasangin, setelah cukup dengan pengembaraannya bertemu dengan Bhisma hingga diangkat menjadi gurunya Pandawa dan Kurawa dalam hal perang. Durna kemudian bertempat tinggal di pertapaan Sokalima pemberian Prabu Drupada hingga perang Baratayuda meletus, Durna gugur perang melawan anak Prabu Drupada yang bernama Raden Drestajumna.

Dursala

 Dursala adalah anak Raden Dursasana yang dicarikan seorang guru untuk diberi ilmu kekebalan dan ajian, ternyata Raden Dursala dapat menyerap sebuah ajian Candawarayang dari seorang Pendeta yang berwajah raksasa. Ketika itu ia bertemu dengan Raden Gathutkaca dan menantangnya untuk berperang tanding, peperangan pun tak dapat dielakkan semula Dursala kalah namun setelah ia merapal aji Candarawayang berhasil melukai Gathutkaca hingga tak berdaya, kemudian Gathutkaca dibawa terbang oleh Anoman, disembunyikan oleh Raden Seta diberi ajian Narantaka, untuk menandingi kesaktian Dursala, akhirnya keduanya bertemu kembali dan Dursala hancur tubuhnya setelah dihantam aji Narantaka.

Dursasana

Dursasana adalah anak prabu Destarastra adik prabu Duryudana, maka Dursasana bersifat sombong dan berkelakuan tidak baik, suka menyakiti orang kecil dan membuat susah orang lain. Pada suatu ketika Pandawa sedang bermain dadu dengan para Kurawa, karena kemenangan dipihak Kurawa hingga Dewi Drupadi akan ditelanjangi oleh Dursasana, namun sang Dewi ditolong oleh seorang Dewa tak dapat disingkap busananya. Pada akhir hidup Dursasana gugur dalam perang Baratayuda oleh Raden Werkudara yang telah memendam rasa kesal pada Dursasana.

Durga, Durgandana dan Durmagati

Durga

 Durga/Batari Durga seorang bidadari yang dikutuk suaminya sendiri, tersebutlah cerita seorang raja dewa dengan istrinya ketika itu sedang bercengkrama dialam bebas dan berjalan lewat angkasa raya dengan menunggang Lembu Andini. Pada suatu senja sampailah mereka berdua diatas lautan dengan sinar matahari yang indah mampu menyinari wajah Dewi Uma kian menumbuhkan nafsu birahi sang suami/ Batari Guru hingga sang raja dewa ingin bersenggama diatas punggung Lembu Andini, namun kelakuan yang bukan tempatnya tersebut ditolak oleh Batari Uma. Dengan kejadian tersebut maka Batari Uma dukutuk oleh Batara Guru menjadi raseksi dengan julukan Durga dan bertempat tinggal di hutan Krendhawahana.

Durgandana

 Durgandana/Raden Durgandana adalah nama muda Prabu Matswapati putra mahkota raja Wirata pada suatu ketika raden Durgandana disuruh oleh ayahnya untuk menjemput kakaknya yang menyendiri di sungai sebagai seorang penambang perahu. Namun setelah ia sampai ditempat kakaknya dahulu menambang perahu Raden Durgandana terkejut karena tempat tersebut telah berubah menjadi sebuah kerajaan yang bernama Astina dan kakaknya telah sembuh dari penyakitnya. Dewi Rara Amis telah menjadi istri Prabu Dipakeswara/Parasara, dengan senang hati kemudian Durhandana mengajak pulang kakaknya untuk berbakti kepada ramandanya.

Durmagati

Durmagati adalah seorang keluarga Kurawa, Durmagati sering tampil dengan logat bicara dan kelakuan yang lucu pada pagelaran-pagelaran wayang kulit purwa terutama pada adegan paseban njawi. Ia sering menggoda Patih Sengkuni masih pamannya dengan bahasa melayu. Diakhir hidupnya Durmagati mati di perang Baratayuda tergilas Gada Rujakpolo milik Werkudara.

Dresthajumna, Drupada dan Drupadi

Saturday, May 16, 2015

Dresthajumna

 Dresthajumna adalah putra Prabu Drupada seorang raja Pancalaradya, dia tidak lahir dari Rahim seorang perempuan namun keluar dari api pemujaan Begawan Yoja dan Upayoja yang ketika itu dimintai tolong oleh Prabu Drupada. Satria ini termasuk tangguh dalam berperang, hingga dalam perang Baratayuda pun Dresthajumna diangkat oleh Pandawa menjadi panglima perang yang handal dan berhasil membunuh Pandita Durna. Namun dari gugurnya sang pendeta tumbuhlah rasa dendamAswatama putra Durna hingga berhasil membunuh Dresthajumna setelah perang Baratayuda dalam lakon Aswatama Nglandak (mencuri/melakukan kejahatan dari dalam tanah).

Drupada

 Drupada adalah penguasa kerajaan Pancala, sang raja sebetulnya seorang satria yang datang dari Negara Atasangin, mengembara di tanah Jawa yang kemudian mengabdi pada Prabu Pandu di Astina, namun pada suatu ketika raja Pancala Prabu Gandabayu mengadaka sayembara, barang siapa dapat mengalahkan raden Gandamana ia dapat memboyong Dewi Gandawati. Raden Sucitra atau nama muda Drupada akhirnya ikut dalam sayembara tersebut dengan dikawal oleh Prabu Pandu, dan keberhasilan didapat oleh raden Sucitra yang kemudan dijodohkan dengan Gandawati dan dinobatkan menjadi raja di Pancala menggantikan mertuanya.

Drupadi

Drupadi adalah anak Prabu Drupada yang lahir tidak melaui Rahim seorang wanita, dia keluar dari api pemujaan Resi Yoja dan Upayoja,ketika itu Prabu Drupada dilanda rasa dendam terhadap perbuatan Pandita Durna yang menawannya lewat siswanya Raden Premadi kemudian raja Pancala pergi ke tempat Resi Yoja dan Upayoja untuk melaksanakan sesaji mertega suci, keinginan Prabu Drupada pun diluluskan oleh kedua Pendeta tersebut kemudian mengadakan sesaji mertega suci namun ajaib dari api tersebut keluar dua orang bayi yang satu laki-laki yang kelak membunuh Durna, dan yang perempuan dinamakan Drupadi yang kelak menjadi sebab terjadinya Baratayuda.
 

Most Reading